Pada akhir bulan Agustus yang lalu, Huawei merilis smartphone unggulan terbarunya, Huawei Mate 60 Pro, di pasar China.
Tidak disangka, ponsel tersebut membuat Amerika Serikat khawatir dan mengancam untuk sepenuhnya melarang perusahaan semikonduktor China, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC).
Huawei tidak memberikan informasi detail mengenai chipset yang digunakan pada ponsel flagship Mate 60 Pro saat dirilis. Namun, baru-baru ini, perusahaan riset TechInsights menemukan bahwa Mate 60 Pro menggunakan chip Kirin 9000s.
Baca Juga:
- HUAWEI Resmi Jual HUAWEI WATCH Buds di Indonesia Mulai 15 April 2023
- Resmi Masuk Pasar Indonesia, Inilah Harga Huawei P50 Pro
- Spesifikasi Lengkap Huawei P50 Pro yang Siap Masuk ke Indonesia
Huawei Mate 60 Pro Bikin Marah Anggota DPR AS
Sama seperti seri chip Kirin sebelumnya, Huawei telah merancang chip ini dengan kerjasama dari SMIC. Menurut analis TechInsights, Kirin 9000s menggunakan teknologi fabrikasi 7 nanometer (nm) dan memiliki kemampuan untuk terhubung dengan jaringan 5G.
Chip tersebut juga dikenal sebagai chip pertama yang dibuat oleh SMIC dengan teknologi fabrikasi 7 nm. Sebelumnya, SMIC hanya pernah membuat chip dengan teknologi 14 nm yang merupakan yang paling canggih.
Kemudian, SMIC menghadapi hambatan dalam mengembangkan chip yang lebih maju karena perusahaan tersebut telah dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh AS sejak bulan Desember 2020.
Perusahaan yang terdaftar tidak diperbolehkan menggunakan teknologi AS tanpa izin dari Departemen Perdagangan AS.
Selain SMIC, Huawei juga telah dimasukkan dalam daftar hitam oleh AS sejak Mei 2019 karena alasan keamanan nasional. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan AS yang bertanggung jawab dalam memasok komponen produk Huawei perlu mendapatkan izin khusus dari Departemen Perdagangan AS.
Harap diperhatikan bahwa larangan perdagangan yang diberlakukan terhadap Huawei dan SMIC melibatkan “Foreign Direct Product Rule” atau Aturan Produk Asing Langsung. Aturan ini melarang perusahaan di seluruh dunia menggunakan peralatan Amerika Serikat untuk memproduksi chip untuk Huawei.
Namun berdasarkan laporan dari Reuters, Huawei dan SMIC sudah setuju untuk membayar biaya lisensi senilai miliaran dolar AS agar bisa memperoleh izin untuk menjual teknologi Amerika Serikat kepada kedua perusahaan China tersebut, meskipun mereka telah dimasukkan dalam daftar hitam. Sekitar 90 persen lisensi tersebut diberikan kepada SMIC.
Dalam teori, SMIC tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengakses langsung berbagai teknologi dari AS untuk memproduksi chip dengan arsitektur 10 nm atau yang lebih tinggi, setelah dimasukkan dalam daftar hitam. Sebagai informasi, semakin kecil ukuran arsitektur sebuah chip, semakin maju teknologinya.
SMIC juga terkena larangan untuk menggunakan mesin extreme ultraviolet lithography (EUV) buatan perusahaan Belanda, ASML. Mesin ini seharusnya digunakan untuk memproduksi chip 7 nm atau yang lebih canggih.
Karena itu, kemunculan chip Kirin 9000s di Huawei Mate 60 Pro dengan arsitektur 7 nm memicu keheranan di Amerika Serikat, bagaimana SMIC bisa memproduksi chip tersebut meskipun telah ada larangan.
Walaupun perkembangan fabrikasi 7 nm dapat dikatakan terlambat (Apple dan Samsung telah menggunakan chip 7 nm sejak 2018), pencapaian ini menunjukkan kemajuan yang signifikan bagi industri semikonduktor China, yang sebelumnya terhambat oleh penggunaan teknologi AS.
Di samping itu, prestasi tersebut juga secara perlahan membuat SMIC mendekati tingkat kemampuan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) atau Samsung Electronics yang telah memiliki kemampuan untuk merancang chip dengan arsitektur 3 nm dan 4 nm.